30 Desember 2015

Aku Cinta Indonesia

Sebelumnya saya mohon maaf kepada seluruh warga masyarakat Indonesia, saya bukan siapa-siapa. Saya hanyalah putra bangsa yang sangat mencintai bangsanya.
Ini hanyalah sebuah ungkapan hati dan perasaan dengan tidak memiliki maksud apa-apa, sekedar menggugah cara pandang terhadap sesuatu permasalahan di negeri ini agar lebih subjektif lagi dalam menyikapinya.
Saya termasuk orang yang menyukai film dan senang menonton film-film yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi Indonesia. Kali pertama saya tahu bahwa ada aturan untuk mensensor adegan-adegan yang mungkin katanya bisa memberikan dampak buruk bagi perilaku bangsa ini, seperti pemburaman bagian belahan dada wanita, adegan merokok, senjata api, adegan kekerasan dan lain sebagainya.
Termasuk juga pemotongan adegan yang dianggap sangat ekstrim.
Saya sebagai pecinta dan penikmat film merasa terganggu dengan adanya itu semua karena yang saya pikir, peristiwa-peristiwa yang terjadi di negeri ini yang berkaitan dengan kekerasan, narkoba, asusila dan lain sebagainya itu bukan 100% pengaruh dari adegan sebuah film. Melainkan kembali pada sikap dan perilaku kita. Biarkanlah adegan itu apa adanya, kecuali mungkin bila ada adegan yang berbau pornografinya, saya rasa bolehlah itu di buang. Tapi selebihnya biarkan adegan-adegan itu berlangsung apa adanya, karena saya yakin pembuat film itu sendiri ingin memberikan dan menyuguhkan adegan apa adanya dan senatural mungkin. Terlebih lagi saat terjadi pemburaman itu masih bisa terlihat, seperti orang sedang merokok, orang sedang memegang senjata api dan sebagainya, meski tersamar tapi masih bisa tampak dan terlihat bahwa adegan itu seperti itu. Jadi saya rasa pemburaman itu tidak perlu karena justru mengganggu kenikmatan kita dalam menonton film. Begitu juga dengan pemotongan adegan, yang saya rasakan malah jadi mengurangi nilai rasa karena cerita yang tak nyambung dan emosi yang tergantung.
Jadi mohon maaf kepada semuanya, ini sangat-sangat tidak objektif. Bisa dibayangkan bila sebuah film berisi adegan yang sebagian besar memuat adegan kekerasan. Seandainya harus dipotong, maka durasi 2 jam bisa menjadi cuma 20 menit saja karena adegannya habis disensor.
Intinya begini, dalam menyikapi segala sesuatu itu haruslah objektif.
Menurut saya, ini cuma pendapat saja. Bahwa semua yang ditakutkan dan dikhawatirkan itu tidak akan pernah terjadi bila moral bangsa ini baik. Seperti yang saya bilang semua berpulang pada perilaku, dan bila perilakunya memang baik, saya rasa pasti akan mampu memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Dan semua ini bisa dicapai melalui pendidikan. Ya, Pendidikan Moral yang senantiasa harus dijaga dan dilestarikan. Karena katanya sejak reformasi bergulir, bangsa kita mengalami dekadensi moral yang cukup memprihatinkan. Ini sebetulnya yang harus dibenahi, bukan merusak tontonan yang memang sudah bagus. Sebagai sebuah karya seni, film adalah sebagai sarana hiburan. Bagaimana kita akan terhibur bila tontonannya terganggu.
Ini sekedar pendapat dari seorang anak bangsa yang mencintai bangsanya dan merasa prihatin pada nasib generasi-generasi penerus yang sudah mulai luntur rasa kecintaannya terhadap bangsa ini. Terlebih lagi sistem pendidikan yang kurang memperhatikan mutu anak didik, sehingga moral anak bangsa ini menjadi merosot. Terima kasih. Salam Indonesia.

PROMPT FOR AI GENERATED IMAGE Kurun waktu belakangan ini gambar-gambar berbasis AI (Artificial Inteligence) sedang digandrungi banyak orang....